Produk kosmetik atau obat untuk menanggulangi jerawat tentunya berbeda dengan produk untuk kulit yang sehat. Berikut ini beberapa zat kimia yang sering kali kita temui dalam produk kosmetik ataupun obat jerawat.
Benzoil Peroksida
Benzoil peroksida banyak digunakan sebagai anti bakteri yang memiliki efek keratolitik (melarutkan zat keratin di dalam kulit). Substansi ini biasanya digunakan sebagai campuran pada sabun anti-jerawat. Karena fungsi ganda yang dimilikinya, zat ini pun digunakan pada campuran krim atau losion anti-jerawat. Konsentrasi yang digunakan biasanya dimulai dari konsentrasi yang kecil, misalnya 2,5%, dan bila tidak terlihat adanya iritasi, konsentrasinya bisa ditingkatkan lagi hingga maksimum 10 %.
Asam Salisilat dan Sulfur
Penggunaan bahan kimia dapat kita temui pada produk kosmetik ataupun obat yang diresepkan oleh dokter ahli kulit. Perbedaan mendasar antara kosmetik dan obat dibedakan berdasarkan konsentrasi dalam produk yang dibuat. Dalam produk kosmetik, konsentrasi Asam Salisilat berkisar 0,008% hingga 3%, tetapi konsentrasi ini bervariasi pada setiap negara yang memiliki standar aturan yang berbeda.
Penggunaan dengan konsentrasi yang lebih tinggi hanya boleh diresepkan dan dengan pemantauan ulang oleh dokter kulit. Fungsi utama Asam Salisilat dan Sulfur adalah keratolitik, selain juga memiliki efek sebagai anti bakteri, walaupun sebenarnya efek ini tidak terlalu memadai dalam pengobatan jerawat dan menyebabkan iritasi dan kekeringan pada kulit wajah.
Asam Retinoat
Secara rantai kimia, Asam Retinoat berhubungan dengan vitamin A. Efek utama yang dihasilkan oleh zat kimia ini adalah mengatur produksi set keratin dalam folikel rambut, sehingga mencegah penyumbatan pada jalan keluar folikel. Asam Retinoat ini dapat ditemui dalam berbagai macam sediaan, antara lain krim, losion, ataupun gel dengan konsentrasi berkisar 0,025% dan 0,05%.
Pada penggunaan pertama kali, kulit cenderung menunjukkan adanya iritasi dan kemerahan. Terkadang pada beberapa hari pertama peradangan pada jerawat semakin berat tetapi hal ini akan berkurang dan akan menunjukkan perbaikan setelah penggunaan beberapa minggu. Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus, penggunaan produk yang mengandung Asam Retinoat digunakan pada malam hari dan pada siang disarankan untuk menggunakan tabir surva dengan SPF minimal 15 dan dengan formulasi rendah minyak. Asam Retinoat juga berfungsi sebagai anti-penuaan dan mempercerah bagian gelap pada kulit.
Asam Alfa Hidroksi (AHA)
Tujuan utama penggunaan zat kimia ini dalam kosmetik atau obat adalah untuk pengelupasan bagian epidermis sel kulit mati. Prinsip dasar dari cara kerja zat kimia ini adalah memperlemah ikatan antara sel kulit dari bawah yang baru berkembang dengan sel kulit mati di atasnya. Situasi ini akan mencegah terjadinya penyumbatan pada permukaan atas kulit, karena penyumbatan ini tidak dapat terjadi pada kondisi pengelupasan atau pada saat bagian atas kulit terpisah atau terlepas dari bagian bawah kulit. Penggunaan AHA dalam praktik sehari-hari dibagi atas dua cara kerja :
AHA digunakan dalam konsentrasi yang kecil dalam produk obat atau kosmetik sebesar maksimum 10% dari total formulasi sebagai esfoliant-artinya mempercepat proses pengelupasan sel kulit mati.
AHA digunakan dalam konsentrasi yang tinggi pada produk obat dalam penanganan dokter spesialis kulit, dengan konsentrasi antara 10%-70% dari total formulasi sebagai Chemical Peeling, artinya zat pengelupas total pada permukaan atas kulit dengan penetrasi dan intensites yang lebih tinggi dengan harapan merangsang per-tumbuhan sel kulit dari bagian dalam yang lebih aktif. Konsentrasi pemakaian AHA dalam obat ditentukan atas lamanya waktu kontak dengan kulit dan frekuensi penggunaan.
Antibiotik
Selain diminum, Antibiotik dapat pula digunakan dalam campuran krim. Pemakaian Antibiotik harus dalam pengawasan dokter kulit karena banyak sekali ditemukan kasus alergi setelah penggunaannya. Pertanyaan mengenai riwayat alergi terhadap salah satu Antibiotik sangatlah penting untuk menghindari permasalahan alergi. Antibiotik yang lazim digunakan dalam krim adalah tetrasiklin, klindarmisin, dan eritromisin.
Adapalene
Sistem kerja zat ini hampir sama dengan asam retinoat sehingga efek sampingnya juga pada dasarnya nyaris serupa. Penggunaan dalam krim biasanya dengan konsentrasi sebesar 0,1% dan digunakan pada malam hari setelah mencuci wajah.
Asam Azelaic
Fungsi utama zat ini adalah sebagai zat anti-bakteri dan peradangan. Sebagai fungsi tambahan, zat ini membantu pengaturan regenerasi sel dan menghambat terjadinya penyumbatan dalam folikel, juga dipergunakan sebagai campuran pada krim pemutih kulit. Zat ini sangat sering digunakan pada kasus peradangan jerawat ataupun pencegahan penyumbatan pada komedo.
Isotretinoin
Zat kimia ini mempunyai rumus kimia yang mirip dengan vitamin A yang sering kita kenal sebagai akutan. Isotretinoin digunakan sebagai obat minum dengan tujuan untuk:
Memperkecil ukuran kelenjar sebum.
Mengurangi aktivitas kelenjar sebum.
Mengurangi populasi bakteri dalam folikel.
Sebagai anti-peradangan yang akan mempengaruhi peradangan dalam folikel.
Mengatur regenerasi set keratin ke stadium normal.
Demikianlah agar kita juga bisa lebih waspada dan memperhatikan bahan-bahan yang terdapat dalam produk kosmetik ataupun obat. Kita pun harus memahami bahwa semua ini harus diaplikasikan berdasarkam pengawasan para profesional ahli kulit. Penggunaan zat kimia dalam obat maupun kosmetik di Indonesia telah diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.